Rabu, 05 Desember 2012

Bumi yang Kokoh dengan Gunung-Gunungnya



Dalam Al-Qur’an Informasi geologis tentang pengkokohan bumi dengan gunung-gunung sudah tersirat, rahasianya baru bisa disibakkan melalui teori-teori ilmiah modern setelah 14 abad berlalu, seperti Dalam ayat al-Qur’an dinyatakan

خَلَقَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ۖ وَأَلْقَىٰ فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِكُمْ وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ ۚ وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ كَرِيمٍ [٣١:١٠]

Artinya :

Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.

أَلَمْ نَجْعَلِ الْأَرْضَ مِهَادًا [٧٨:٦]

وَالْجِبَالَ أَوْتَادًا [٧٨:٧]

Artinya :

Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?,

dan gunung-gunung sebagai pasak?,

Seperti yang telah dikatakan dalam Al-Qur’an, Informasi yang diperoleh melalui penelitian geologi tentang gunung sangatlah sesuai dengan ayat diatas. Salah satu sifat gunung yang paling signifikan adalah kemunculannya pada titik pertemuan lempengan-lempengan bumi, yang saling menekan saat saling mendekat , dan gunung ini “mengikat” lempengan-lempengan tersebut. Dengan sifat tersebut, pegunungan dapat disamakan seperti paku yang menyatukan kayu. Selain itu, tekanan pegunungan pada kerak bumi ternyata mencegah pengaruh aktivitas magma di pusat bumi agar tidak mencapai permukaan bumi, sehingga mencegah magma menghancurkan kerak bumi.

Yang jadi pertanyaan ialah, Bagaimana mungkin gunung mampu menstabilkan bumi, sementara bobot massa dan dimensinya begitu kecil jika dibandingkan dengan massa dimensi bumi?

Menurut temuan-temuan geologis, pegunungan itu muncul sebagai hasil dari pergerakan dan perbenturan pelat raksasa yang merupakan kerak bumi. Pela-pelat ini amat besar dan membawa semua benuanya. Bila dua pelat bertabrakan, yang satu biasanya tergelincir dibawah yang lain dan puing-puing yang terpadatkan ini membentuk pegunungan dengan terangkat lebih tinggi dari pada sekelilingnya. Selain itu, tonjolan yang merupakan pegunungan bergerak di bawah tanah selain di atas tanah. Ini berarti  bahwa pegunungan mempunyai bagian yang terseret ke bawah sebesar bagiannya yang terlihat. Perpanjangan pegunungan di bawah tanah ini mencegah kerak bumi dari tergelincir pada lapisan magma atau antara lapisan-lapisannya,

Dengan penjelasan ini, salah satu dari sifat pegunungan yang paling bermakna adalah formasinya di titik-titik gabung pada pelat-pelat bumi yang tertekan bersama dengan cara berdekatan ketika mendekat dan “memancangkan” diri. Artinya, kita bisa mempersamakan pegunungan dengan paku-paku yang merekatkan potongan kayu. Selanjutnya, tekanan yang didesakkan oleh pegunungan terhadap kerak bumi dengan massa yang amat besar itu mencegah pergerakan magma di inti bumi dari penjangkauan bumi dan penghancuran kerak bumi. Lapisan tengah bumi yang disebut inti, merupakan kawasan yang terbuat dari bahan-bahan yang mendidih di suhu yang mencapai ribuan derajat.

Pergerakan inti ini menyebabkan pemisahan bagian-bagian untuk tegak diantara pelat-pelat yang membesarkan bumi. Pegunungan yang tegak di bagian-bagian ini menghalangi pergerakkan ke atas dan melindungi bumi dari gempa yang keras. Sangat menarik untuk dicatat bahwa fakta-fakta teknis yang di temukan oleh geologi modern di masa kita sekarang telah terungkap dalam Al-Qur’an ribuan tahun yang lalu. Dalam suatu ayat tentang pegunungan, dinyatakan dalam Al-Qur’an :

Q.S Luqman:10

خَلَقَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ۖ وَأَلْقَىٰ فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِكُمْ وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ ۚ وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ كَرِيمٍ [٣١:١٠]

Artinya:

Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.

Dengan ayat ini, Al-Qur’an menolak tahayul yang biasanya diakui pada waktu itu. Dengan mempunyai pengetahuan yang astronomis primitive seperti masyarakat-masyarakat-masyarakat lain pada waktu itu, orang-orang arab mengira bahwa langit terangkat tinggi di atas gunung. (inilah kepercayaan tradisional yang kemudian ditambahkan diperjanjian lama untuk menjelaskan alam semesta) kepercayaan ini berpendapat bahwa ada pegunungan tinggi di dua ujung bumi yang datar, inilah “penopang” langit. Pegunungan ini dikira sebagai tiang yang menyangga langit di atas tempatnya. Ayat tersebut menolak hal ini dan menyatakan bahwa langit itu “tanpa penipang”. Fungsi geologis sejati juga diungkapkan: untuk mencegah getaran. Sebuah ayat lain menekankan hal itu pula:

Q.S Al-Anbiyya’:31

وَجَعَلْنَا فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِهِمْ وَجَعَلْنَا فِيهَا فِجَاجًا سُبُلًا لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ [٢١:٣١]

Artinya:

Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.

Sumber: Feris Firdaus, S.Si., Alam Semesta (Sumber Ilmu, Hukum, dan Informasi ketiga setelah Al-Qur’an dan Al-Sunnah), (Yogyakarta: Insania Cita Press)

Penjelasan Tentang Sperma Dalam Hadits Nabi


Nabi SAW Bersabda :

“(Manusia diciptakan) dari segala sesuatu yang diciptakan dari sperma laki-laki dan ovum perempuan.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya.
Fakta ilmiah yang merupakan bagian inti dari ilmu embriologi dan baru diketahui prinsip-prinsip prematurnya pada akhir abad ke-18 serta memakan waktu dua abad lebih untuk mengendap di alam sanubari para ilmuan embriologi ini  telah dibicarakan oleh Rasulullah dengan cukup detail, ilmiah, menyeluruh, dan holistic sejak awal abad ke-7  M atau sepuluh abad lebih awal sebelum diketahui oleh disiplin ilmu manusia.
Bahkan hingga akhir abad ke-18 masih banyak orang-orang yang mempercayai bahwa tubuh manusia yang teramat sangat kecil tercipta sepenuhnya dari darah haidh. Setelah ditemukannya adanya sl telur (ovum) perempuan, mereka berpendapat bahwa manusia sepenuhnya tercipta di dalam sel telur seperti anak ayam yang tercipta di dalam telurnya. Akan tetapi, setelah diketemukannya spermatozoa, mereka pun berubah pendapat, bahwa janin sepenuhnya tercipta di kepala spermatozoa itu, meskipun ia teramat sangat kecil.
Perdebatan antara pendukung pendapat-pendapat yang salah ini abru berakhir pada akhir abad ke-18, ketika terungkap peran penting masing-masing sel telur dan spermatozoa dalam proses pembentukan sel telur yang dibuahi yang menjadi tempat tumbuhnya embrio. Itupun harus menunggu lama sekali, akrena pendapat ini baru disetujui secara aklamatif pada akhir abad ke-19
Pada abad ke-20 para pakar embriologi berhasi membuktikan bahwa diantara jutaan sperma laki-laki (spermatozoa) yang keluar dalam waktu yang sama (dalam satu pertikel) tidak semuanya dapat mencapai dinding Rahim, melainkan hanya intisarinya saja yang berjumlah tidak lebih dari 500. Dan hanya satu di antara kelima ratus spermatozoa ini yang hisa menembus ovum. Lalu terjadilah pembuahan ovum dan terbentuklah apa yang disebut dalam Al-Qur’an dengan bahasa nuthfah amsyaj (sperma yang bercampur). Dan sel telur merupakan bagian dari air perempuan. Dari sini terlihat jelas satu kilauan kemukjizatan ilmiah dalam sabda Nabi: tidaklah dari sembarang air seorang anak tercipta. Hal ini semakin dikuatkan dengan firman Allah.
Allah Berfirman :

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ [٢٣:١٢]ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ [٢٣:١٣]ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ [٢٣:١٤]

Artinya :
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. (Al-Mu’minuun:12-14)
Allah berfirman :
هَلْ أَتَىٰ عَلَى الْإِنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًا مَذْكُورًا [٧٦:١]إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا [٧٦:٢]
Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. (Al-Insaan:1-2)
Allah Berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ [٤٩:١٣]


Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al-Hujuraat:13)
Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ ۚ وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا [٢٢:٥]

Artinya:
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, (Al-Hajj:5)

Sumber:  Prof. DR. Zaghlul An-Najjar, SAINS DALAM HADIS ( Mengungkap Fakta Ilmiah dari Kemukjizatan Hadis Nabi), (Jakarta: AMZAH, 2011).

Relativitas Waktu dalam Al-Qur’an



Relativitas waktu adalah fakta ilmiah yang terbukti saat ini. akan tetapi, hingga Einstein mengetengahkan “teori relativitas” pada awal abad ke 20, tak seorang pun mengira bahwa waktu bisa relative bergantung pada kecepatan massa.  Namun Al-qur’an telah membuktikannya, ada 3 ayat yang menginformasikan tentang relativitas waktu.

وَيَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذَابِ وَلَنْ يُخْلِفَ اللَّهُ وَعْدَهُ ۚ وَإِنَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ [٢٢:٤٧]

Artinya: Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu. (Qs. Al-hajj: 47)

يُدَبِّرُ الْأَمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ [٣٢:٥]

Artinya: Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu (Qs. As-sajdah : 5)

تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ [٧٠:٤]

Artinya: Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun. (Qs. Al-ma’arij: 4)

Ayat-ayat ini merupakan ungkapan yang jelas tentang relativitas waktu. Bahwa hasil yang baru saja dipahami oleh ilmuwan abad 20, dikomunikasikan kepada manusia 1.400 tahun yang lalu dalam Al-Qur’an, dan ini merupakan suatu indikasi perwahyuan Al-Qur’an oleh Allah, yang meliputi seluruh ruang dan waktu.

Sebagai kitab yang diwahyukan pertama kali pada 610 M, Al-Qur’an menyiratkan relativitas yang sangat dini merupakan bukti lain bahwa inilah kitab illahi. Kesimpulan yang ditimbulkan oleh temuan-temuan ilmu pengetahuan modern adalah bahwa waktu bukanlah fakta mutlak seperti sangkaan para penganut materialism, melainkan hanya cerapan relative. Yang paling menarik ialah bahwa fakta ini, yang tidak ditemukan sampai abad ke-20 oleh ilmu pengetahuan, diungkapkan kepada umat manusia dalam Al-Qur’an empat belas abad tahun silam.

Ada berbagai acuan dalam Al-Qur’an mengenai relativitas waktu. Dibanyak Al-Qur’an bisa dilihat fakta yang terbukti secara ilmiah bawa waktu merupakan persepsi psikologis yang tergantung pada peristiwa, pranata dan kondisi. Contohnya : seluruh kehidupan seseorang sangat singkat seperti yang dikabarkan dalam Al-Qur’an :

يَوْمَ يَدْعُوكُمْ فَتَسْتَجِيبُونَ بِحَمْدِهِ وَتَظُنُّونَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا [١٧:٥٢]


Arinya: yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya dan kamu mengira, bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja. (Al-Israa’:52)

وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ كَأَنْ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِنَ النَّهَارِ يَتَعَارَفُونَ بَيْنَهُمْ ۚ قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِلِقَاءِ اللَّهِ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ [١٠:٤٥]

Artinya: Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) hanya sesaat di siang hari, (di waktu itu) mereka saling berkenalan. Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk (Yunus:45)

Beberapa ayat menunjukan bahwa orang-orang mencerap waktu dengan berlainan dan bahwa terkadang orang-orang dapat mencerap jangka waktu yang sangat singkat sebagai waktu yang sangat lama. Percakapan orang-orang yang terjadi selama pengadilan mereka di akhirat berikut ini merupakan contoh baik tentang hal ini:

قَالَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الْأَرْضِ عَدَدَ سِنِينَ [٢٣:١١٢]قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَاسْأَلِ الْعَادِّينَ [٢٣:١١٣]قَالَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا ۖ لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ [٢٣:١١٤]

Artinya: Allah bertanya: "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?" Mereka menjawab: "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung". Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui"  (Al-Mu’minun,112-114)   

Terdapat banyak ayat Al-Qur’an lain yang menunjukan bahwa waktu adalah cerapan. Ini merupakan bukti khas dalam kisah-kisah itu. Contohnya, Allah telah menjaga Ashhabul Kahfi, sekelompok orang beriman yang disebutkan dalam Al-Qur’an, yang tidur lelap selama lebih dari tiga abad. Ketika mereka bangun, orang-orang ini mengira bahwa mereka telah tinggal di gua sebentar saja, dan tidak bisa menghitung berapa lama mereka tertidur:

فَضَرَبْنَا عَلَىٰ آذَانِهِمْ فِي الْكَهْفِ سِنِينَ عَدَدًا [١٨:١١]ثُمَّ بَعَثْنَاهُمْ لِنَعْلَمَ أَيُّ الْحِزْبَيْنِ أَحْصَىٰ لِمَا لَبِثُوا أَمَدًا [١٨:١٢]


Artinya: Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu, Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu] yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal (dalam gua itu). (Al-Kahfi:11-12)

وَكَذَٰلِكَ بَعَثْنَاهُمْ لِيَتَسَاءَلُوا بَيْنَهُمْ ۚ قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْ ۖ قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ ۚ قَالُوا رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْ

Artinya: Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: Sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)". Mereka menjawab: "Kita berada (disini) sehari atau setengah hari". Berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini)….( Al-Kahfi:19))

Situasi yang dikisahkan dalam ayat di bawah ini juga merupakan bukti bahwa waktu sebenarnya merupakan cerapan psikologis. Atau seperti orang yang melewati sebuah dusun yang sudah runtuh sampai ke atap-atap nya, ia berkata: “Oh, bagaimana Allah menghidupkan semua ini setelah mati?” lalu Allah membuat nya mati selama seratus tahun kemudian membangkitkannya kembali

قَالَ بَلْ لَبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ فَانْظُرْ إِلَىٰ طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ ۖ وَانْظُرْ إِلَىٰ حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ آيَةً لِلنَّاسِ ۖ وَانْظُرْ إِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْمًا ۚ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ [٢:٢٥٩]

Artinya :Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi beubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging". Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu".( Q.S Al-Baqarah:259)

Ayat diatas jelas menekankan bahwa Allah, yang menciptakan waktu, tidak dibatasi oleh waktu. Sebaliknya, menusia dibatasi oleh waktu, yang ditakdirkan Allah. seperti dalam ayat itu, manusia bahkan tidak mampu mengetahui berapa lama ia tertidur. Dalam keadaan demikian, pernyataan bahwa waktu adalah mutlak (sebagaimana pernyataan para penganut meterialisme dalam pemikiran mereka yang menyimpang) sangat tidak masuk akal.

Sumber: Feris Firdaus, S.Si., Alam Semesta (Sumber Ilmu, Hukum, dan Informasi ketiga setelah Al-Qur’an dan Al-Sunnah), (Yogyakarta: Insania Cita Press)

Senin, 03 Desember 2012

Hidup Sehat dengan Sunnah-Sunnah Fitrah Nabi

Di era modern ini, dunia mengalami kemajuan sains dan teknologi yang sangat pesat. Terbukti dengan adanya berbagai penemuan-penemuan ilmiahnya baik itu berupa teknologi, ilmu pengetahuan maupun dunia kesehatan. Rasulullah juga banyak mengutip dalam hadits-hadits nya yang berkaitan dengan sains dan berhasil ditemukan dengan dipresentasikan secara ilmiah di masa sekarang, hadits tentang sunnah sunnah fitrah, bahwa sesuatu yang fitrah dan di sunnah kan oleh rasulullah ternyata banyak manfaat dan kesehatannya dan ini sudah dibuktikan secara ilmiah di masa sekarang. Berikut teks hadits nya :

حدثناعلي حدثنا سفيان قال الزهري حدثنا عن سعيدبن المسيب عن ابي هريرة رواية الفطرة خمس او خمس من الفطرة الختان, والاستحداد, ونطف الابط, وتقليم الاظفار, وقص الشارب

Artinya :

“Telah menceritakan kepada kami Ali telah menceritakan kepada kami sufyan, Az-Zuhri mengatakan : telah menceritakan kepada kami dari Sa’id bin Musayyab dari Abu Hurairah secara periwayatan, Sunnah-Sunnah fitrah itu ada lima atau lima dari sunnah-sunnah fitrah yaitu berkhitan, mencukur bulu kemaluan, mencukur bulu ketiak, memotong kuku dan mencukur kumis.”

1.      1. Khitan

Rasulullah SAW, dalam hadist ini telah mewasiati bahkan mewajibakan kepada kita untuk berkhitan agar terbebas dari berbagai penyakit yang membahayakan, faedah khitan telah terbukti secara klinis dan medis bahwa berkhitan bisa mencegah dari berbagai macam penyakit kelamin seperti syphilis, kencing nanah ( gonorea ), hingga kanker pucuk penis.

Penyakit-penyakit tersebut pada umumnya timbul karena menggumpalnya kotoran-kotoran, bakteri, amoeba, dan jamur diantara pucuk kemaluan dan kulit yang menutupinya yang biasa disebut dengan kulup. Kulup inilah yang oleh Rasulullah diperintahkan untuk dihilagkan dengan cara di khitan ketika masih kecil karena kulup yang menutupi kepala penis merupakan tempat berkumpulnya kotoran dan najis yang timbul dari keringat, maupun cairan produksi kelenjar-kelenjar lemak dan sisa-sisa air seni yang sulit dihilangkan.

Akibatnya virus penyebab sakit ini berpindah dari kulup, pucuk kemaluan, saluran kencing (urethra), kemudian menuju kandung kemih, dan berpindah ke buah pinggang, atau melalui jalan lain yaitu dari prostat menuju kedua buah pelir dan urung-urung (epididymis), kemudian merusak keduanya hingga bisa mengakibatkan kemandulan, bahkan dapat menimbulkan rasa sakit dan nyeri yang hebat. Dan ketika orang yang terserang penyakit ini menikah, ia dapat menularkan penyakitnya kepada istrinya dengan sangat mudahsehingga dapat menyebabkan peradangan di Rahim, leher Rahim, dan kelenjar bartolin menyebabkan penyakit yang disebut radang bartolinitis. Ia kadang bisa sampai ke Rahim dan menyebabkan kanker. Ia juga bisa menyebabkan kemandulan penuh pada wanita, disamping sakit akibat radang yang kronis dan hebat beserta penanahannyadi bagian-bagian tubuh yang paling sensitive.

Oleh karena itu, khitan bagi suami memiliki peran yang sangat penting dalam melindungi berbagai macam penyakit, sekaligus melindungi istri dari berbagai macam penyakit yang mempengaruhi organ reproduksi.

2.      2. Istihdad (الاستحداد  )

Istihdad adalah mencukur bulu kemaluan. Nabi telah memerintahkan kita untuk mencukur bulu kemaluan. sebab daerah sekitar kemaluan merupakan salah satu anggota tubuh yang beresiko terkena berbagai macam kotoran, karena sangat dekat dengan saluran buang air besar maupun kecil. Lebih dari itu, bahwa daerah ini banyak menghasilkan keringat dan mengeluarkan banyak minyak yang menyebabkan penyakit karena sarang bakteri, virus dan jamur yang menyebabkan radang dan bau tak sedap.

3.      3. Mencabut Bulu Ketiak (نطف الابط)

Seperti halnya istihdad, daerah ketiak pun perlu untuk dibersihkan yaitu dengan cara mencabut bulu ketiak, karena bulu ketiak ini dapat menghasilkan minyak dan mengeluarkan banyak minyak seperti hal nya daerah kemaluan juga dapat menimbulkan bau tak sedap dan tempat berkembangnya penyakit.

4.      4. Memotong Kuku (تقليم الاظفار)

Kuku panjang sangat sulit dibersihkan sehingga menjadi sumber perpindahan penyakit, penyakit yang dibawa kuku panjang biasanya menular kepada pemiliknya melalui jalan mulut, dan menular kepada orang lain melalui jalan bersentuhan, berjabat tangan, atau memberikan makanan dan minuman. Kuku juga bisa menjadi sumber penyakit ketika menyentuh sesuatu yang beracun, najis dan atau ketika dia terluka, terkelupas dan lain sebagainya.

5.      5. Mencukur Kumis (قص الشارب)

Melihat posisi kumis yang terletak di bawah hidung dan diatas mulut, jika kumis itu tebal maka tidak menutup kemungkinan bisa terkena kotoran-kotoran mulut dan hidung seperti liur, dahak, maupun sisa-sisa makanan. Kotoran-kotoran tersebut sulit dihilangkan  sehingga dapat menjadi tempat berkembangnya kuman-kuman, jamur, bakteri. Juga bisa menjadi sumber bau tak sedap yang bisa mengganggu pemilik kumis itu sendiri. Maka rasulullah memerintahkan untuk mencukur kumis  dan menipiskan kumis sebagai bentuk kebersihan.

Dari kelima perilaku ( kebiasaan ) yang dijelaskan diatas sudah jelas bahwa Rasulullah telah meletakkan dasar-dasar kebersihan, beliau tidak membiarkan satu tempat dibadan yang dapat memancing penyakit dan tempat tumbuhnya bau yang tidak sedap. Beliau telah memerintahkan semuanya untuk dibersihkan dan disucikan, khususnya tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang kuman, bakteri, virus dan jamur.

Sesuatu yang fitrah dilakukan oleh manusia dan sangat di sunnah kan oleh Rasulullah ternyata mengandung beberapa banyak manfaat dan pengetahuan medis dan preventif modern yang telah mengisyaratkan  kelima prinsip perawatan kesehatan dan pencegahan ribuan tahun yang lalu.

 Sumber :

    Lidwa Pustaka Online

    An-Najjar, Zaghlul. Pembuktian Sains dalam Sunnah Jilid 2 ( Amzah, 2006 ).

    Zaghlul An-Najjar, SAINS DALAM HADITS (Mengungkap Fakta Ilmiah dari Kemukjizatan Hadits Nabi), (Jakarta: AMZAH, 2011) hlm.179-180

    Ibid

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Top WordPress Themes