Rabu, 31 Oktober 2012

Historisitas Hubungan Agama dan Sains



Historis Hubungan Agama dan Sains 

Sejarah hubungan antara agama dan sains bisa dilihat dari pemikiran-pemikiran yang dilakukan oleh para penemu-penemu di bidang sains yang menimbulkan pertentangan-pertentangan. pemikiran pertama yakni pada abad ke 15 yang dilakukan oleh Galileo yang membalik ide gereja bahwa bumi sebagai pusat tatasurya diganti menjadi bahwa mataharilah sebagai pusat tatasurya.

Kemudian pada abad ke 17 lahirlah Issac Newton yang membalik hukum gerak yang pernah dikemukakan oleh Arestoteles, Arestoteles mengatakan bahwa pada dasarnya benda-benda itu diam sehingga membutuhkan penggerak di luar dirinya, konsekwensi dari konsep ini maka memerlukan Tuhan sebagai penyebab pertama(caausa prima), Tuhan dalam pandangan Arestoteles masih mempunyai peranan.
Dalam teorinya newton mengatakan bahwa benda bergerak dengan kecepatan tetap, gaya bukanlah penyebab gerak melainkan penyebab perubahan berupa perlambatan, percepatan pembelokan. Gaya tidak dibutuhkan dari luar benda tersebut melainkan benda itu sendiri yang memiliki gaya, pandangan Newton ini dikenal dengan Teori Mekanistik Newtonian. Karena gerak diketahui sebagai sesuatu yang relatif dan gaya bukan penyebab gerak maka tidak diperlukan lagi penyebab pertama seperti pandangan Arestoteles. Jadi dengan kata lain Tuhan tidak diperlukan lagi untuk menjelaskan semua gerak benda-benda, termasuk gerak dari alam semesta seperti bumi, bulan.

Kemudian pada abad ke 19 muncul teori yang dikemukakan oleh Charles Darwin (1809 – 1882)  menyatakan bahwa semua makhluk hidup di Bumi berasal dari satu nenek moyang. Keragaman tersebut terjadi melalui variasi-variasi kecil yang muncul pada individu-individu keturunan, yang terjadi secara bertahap dalam rentang waktu yang sangat lama. Kesimpulan ini didapat berdasarkan observasi dan diskusi yang gencar dilakukan oleh Darwin dengan para ilmuwan lain tentang kemiripan bentuk tubuh antar makhluk hidup (baik yang masih hidup maupun yang berupa fosil) serta hubungannya dengan lingkungan. Saat ini, teori evolusi dinyatakan sebagai satu-satunya teori ilmiah yang mampu menjelaskan asal-usul keragaman makhluk hidup di Bumi, termasuk kemungkinan asal-usul manusia. Belum ada teori ilmiah lain yang mampu menggantikan posisinya.

Bicara tentang sejarahnya, teori evolusi baru populer secara ilmiah setelah Charles Darwin menerbitkan bukunya yang berjudul “On the Origin of Species” pada tahun 1859. Sebenarnya konsep biologi evolusioner telah berakar sejak jaman Aristoteles, dan juga muncul sebagai pemikiran orang-orang Romawi, Yunani, China, dan Timur Tengah. Teori evolusi sangat diasosiasikan dengan Darwin karena beliaulah ilmuwan yang pertama kali mencetuskan teori ini dengan sangat mantap dan mendetil, sehingga mampu melewati pengujian ilmiah dan layak mendapat predikat “teori”—pencapaian tertinggi suatu hipotesa dalam dunia sains.


Konflik Antara Agama dan Sains  masa galileo / abad ke - 15 M

Galileo Galilei, seorang ahli astronomi Italia abad ke-17. Galileo Galilei pernah divonis oleh suatu dewan tinggi agama Gereja Roma karena berpijak pada pengamatan2 nya lewat teleskop yang pada waktu itu masih langka. Galileo mengajukan tesis bahwa bukan matahari yang bergerak mengitari bumi yang diam, melainkan bumilah yang mengitari matahari yang diam. Ia memperteguh teori Copernicus yg lebih dulu menulis gerak planet2 mengitari matahari. Perdebatan panjang yang berakhir dengan pengucilan Galileo (dipenjara).

Namun yang merisaukan adalah banyak sekali penyelewengan kebenaran historis, maupun salah kaprah dari segi ilmu pengetahuan itu sendiri diseputar “kasus” Galileo ini. Oleh karena itu tulisan ini akan membagikan “kerisauan” saya tentang 2 hal dalam kasus Galileo ini, yang pertama adalah mengenai manipulasi kebenaran historis tentang “hukuman mati” bagi Galileo, dan yang kedua adalah tentang teori “Heliosentris” Galileo.
Kesimpulan :
Ketika Galileo menentang paham geosentris (bumi merupakan pusat tata surya) yang dianut oleh gereja. Galileo dianggap mengingkari keyakinan agamanya (kristen) .
·         Galileo Tidak Bermaksud Menentang Paham Gereja
Galileo hanya bermaksud mentransfoermasikan sains  agar lebih bermanfaat bagi kehidupan.

Ø  Transformasi Sains
Sejarah sains Eropa masa kebangkitan (abad 14 dan 15) mencatat bahwa sains muncul tidak hanya dalam rangka melepaskan hegemonik gereja sebagai institusi pemegang kekuasaan tertinggi, tetapi juga sebagai momentum transformasi sains ke dalam utilitas teknik (aplikasi nyata)


Sains Modern

·         Para ahli sejarah sepakat bahwa sejarah perkembangan sains modern beserta aplikasi teknologi yang ada sekarang diawali oleh Newton (mekanika klasik).
·         Mekanika klasik Newton berdampak besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan saat itu.
·         Konsep mekanika klasik Newton bersifat Mekanistik Deterministik (apabila kondisi awal dari sesuatu dapat ditentukan, maka kondisi berikutnya dapat diprediksi secara tepat).


Dampak Positif Paradigma Newton
Paradigma Newton
Dampak positif paradigma ini juga memberikan ilmu mengenai alam semesta ini yakni penciptaan alam semesta ini tidak terjadi dengan sendirinya, sesuai dengan agama (bahwa alam ini ada yang menciptakan). Demikian juga alam ini dapat diprediksi beberapa milyard tahun yang akan datang sesuai perhitungan waktu peluruhan neutron (inti atom) alam semesta ini akan hancur sehingga sesuai lagi dengan agama (bahwa alam semesta ini tidak kekal).

Sedangkan dampak negatif dari paradigma newton ini adalah dapat membentuk masyarakat yang sekularistik, dan mengabaikan nilai-nilai religiusitas (mengabaikan unsur Tuhan karena merasa dapat memprediksi apa yang akan terjadi). sesuai dengan teori newton bahwa apabila kondisi awal dari sesuatu dapat ditentukan terlebih dahulu secara benar dan akurat, maka kondisi berikutnya dapat diprediksi secara lebih benar dan akurat.

Puncak Konflik Agama dan Sains
Charles Darwin pada abad ke-19
Dalam bukunya yang berjudul ''The Orgin of Species by Means of Natural
Selection,'' Charles Darwin mengungkapkan teorinya mengenai evolusi.  Pokok utama dari teori Darwin tersebut adalah sebagai berikut.

  • Perubahan-perubahan yang terjadi pada suatu organisme disebabkan oleh seleksi alami (natural selection).
  • ''Survival of the fittest'', artinya siapa yang paling kuat dia akan bertahan. Darwin mengemukakan bahwa individu yang kuat akan bertahan dan akan mewariskan sifat ke generasi berikutnya.
  •  ''Struggle for existance'', artinya berjuang keras untuk bertahan hidup. Individu yang tidak dapat bertahan akan mati dan terjadi kepunahan, sedangkan yang bertahan akan melanjutkan hidupnya dan bereproduksi.


 Perbedaan Paradigma dalam Konsep Energi-Ruang-Waktu
Newton
Massa materi adalah kekal, ada dengan sendirinya dari dulu hingga sekarang (teori Steady State), sehingga ruang dan waktu adalah entitas yang terpisah.

Einstein
Ruang dan waktu adalah entitas yang terkait satu sama lain menjadi dimensi tersendiri yaitu dimensi ruang-waktu. Tanpa ada ruang maka tidak akan ada waktu.

Hubungan Agama dan Sains pada Abad 21 

  • Simbiosis Mutualisme
              Hubungan antara dua makhluk hidup yang bersifat saling menguntungkan.
  • Konflik Berkurang
               




Referensi :

  • http://guardyan.blogspot.com/2012/10/historisitas-hubungan-agama-dan-sains.html
  • http://guardyan.blogspot.com/2012/10/dampak-positif-dan-negatif-paradigma.html
  • Jika Sains Mencari Makna, Prof.Dr.Louis Leahy, S.J. Penerbit: Kanisius 2006
  • Pertemuan I.B Sejarah Hubungan Agama dan Sains ( modul materi )



Tipologi Hubungan Sains dan Agama




Ian G. Barbour (2002:47) mencoba memetakan hubungan sains dan agama dengan membuka kemungkinan interaksi di antara keduanya. Melalui tipologi posisi perbincangan tentang hubungan sains dan agama, dia berusaha menunjukkan keberagaman posisi yang dapat diambil berkenaan dengan hubungan sains dan agama. Tipologi ini berlaku pada disiplin-disiplin ilmiah tertentu, salah satunya adalah biologi. Tipologi ini terdiri dari empat macam pandangan, yaitu: Konflik, Independensi, Dialog, dan Integrasi yang tiap-tiap variannya berbeda satu sama lain.


1.Konflik




 

Pandangan konflik ini mengemuka pada abad ke–19, dengan tokoh-tokohnya seperti: Richard Dawkins, Francis Crick, Steven Pinker, serta Stephen Hawking. Pandangan ini menempatkan sains dan agama dalam dua ekstrim yang saling bertentangan. Bahwa sains dan agama memberikan pernyataan yang berlawanan sehingga orang harus memilih salah satu di antara keduanya. Masing-masing menghimpun penganut dengan mengambil posisi-posisi yang bersebrangan. Sains menegasikan eksistensi agama, begitu juga sebaliknya. Keduanya hanya mengakui keabsahan eksistensi masing-masing.



Contoh kasus dalam hubungan konflik ini adalah hukuman yang diberikan oleh gereja Katolik terhadap Galileo Galilei atas aspek pemikirannya yang dianggap menentang gereja. Demikian pula penolakan gereja Katolik terhadap teori evolusi Darwin pada abad ke-19.

Armahedi Mahzar (2004:212) berpendapat tentang hal ini, bahwa penolakan fundamentalisme religius secar dogmatis ini mempunyai perlawanan yang sama dogmatisnya di beberapa kalangan ilmuwan yang menganut kebenaran mutlak obyektivisme sains.




Penyebab
konflik agama dan sains
 


2.Independensi

 

    Pandangan idependensi menempatkan ilmu dan agama tidak dalam posisi konflik. Kebenaran ilmu dan agama sama-sama abasah selama berada pada batas ruang lingkup penyelidikan masing-masing. Ilmu dan agama tidak perlu saling mencampuri satu dengan yang lain karena memiliki cara pemahaman akan realitas yang benar-benar terlepas satu sama lain, sehingga tidak ada artinya mempertentangkan keduanya.

Karl Bath menyatakan beberapa hal tentang pandangan independensi ini, yang dikutip oleh Ian G. Barbour (2002:66). Menurutnya: Tuhan adalah transendensi yang berbeda dari yang lain dan tidak dapat diketahui kecuali melalui penyingkapan diri. Keyakinan agama sepenuhnya bergantung pada kehendak Tuhan, bukan atas penemuan manusia sebagaimana halnya sains. Saintis bebas menjalankan aktivitas mereka tanpa keterlibatan unsur teologi., demikian pula sebaliknya, karena metode dan pokok persoalan keduanya berbeda. Sains dibangun atas pengamatan dan penalaran manusia sedangkan teologi berdasarkan wahyu Ilahi.
 
Barbour mencermati bahwa pandangan ini sama-sama mempertahankan karakter unik dari sains dan agama. Namun demikian, manusia tidak boleh merasa puas dengan pandangan bahwa sains dan agama sebagai dua domain yang tidak koheren.


3.Dialog

 



         Dalam menghubungkan agama dan sains, pandangan ini dapat diwakili oleh pendapat Albert Einstein, yang mengatakan bahwa “Religion without science is blind : science without religion is lame“. Tanpa sains, agama menjadi buta, dan tanpa agama, sains menjadi lumpuh. 
Demikian pula pendapat David Tracy, seorang teolog Katolik yang menyatakan adanya dimensi religius dalam sains bahwa intelijibilitas dunia memerlukan landasan rasional tertinggi yang bersumber dalam teks-teks keagamaan klasik dan struktur pengalaman manusiawi (Ian G. Barbour, 2002:76). 

Penganut pandangan dialog ini berpendapat bahwa sains dan agama tidaklah sesubyektif yang dikira. Antara sains dan agama memiliki kesejajaran karakteristik yaitu koherensi, kekomprehensifan dan kemanfaatan. Begitu juga kesejajaran metodologis yang banyak diangkat oleh beberapa penulis termasuk penggunaan kriteria konsistensi dan kongruensi dengan pengalaman. Seperti pendapat filosof Holmes Rolston yang menyatakan bahwa keyakinan dan keagamaan menafsirkan dan menyatakan pengalaman, sebagaimana teori ilmiah menafsirkan dan mengaitkan data percobaan (Ian G. Barbour, 2002:80). Beberapa penulis juga melakukan eksplorasi terhadap kesejajaran konseptual antara sains dan agama, disamping kesejajaran metodologis.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesejajaran konseptual maupun metodologis menawarkan kemungkinan interaksi antara sains dan agama secara dialogis dengan tetap mempertahankan integritas masing-masing.




4.Integrasi


 




Referensi :

  • Modul Islam dan Sains TIF Fakultas Saintek UIN Sunan Kalijaga oleh Frida Agung
  • ahmadsamantho.wordpress.com/2008/04/16/empat-tipologi-hubungan-sains-dan-agama 

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Top WordPress Themes